Indonesian Dream
Kamis, 2008 Oktober 30
Yang Muda (Bisa) Dipercaya
Saturday, 25 October 2008 Banyak prestasi gemilang ditorehkan generasi muda di berbagai bidang.Bahkan,ada yang berhasil mendobrak pakem-pakem lama milik generasi sebelumnya. Menoleh perjalanan sejarah negeri ini, kiprah pemuda tak pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun bergulir sesuai konteks dan zamannya. Di masa lalu, napas pemuda lebih mengedepankan semangat heroisme untuk lepas dari tangan penjajah. Seiring perjalanan waktu, semangat itu pun berubah. Kini,tidak jarang pemuda yang berupaya keras menorehkan prestasi di dunia internasional. Mulai dari bidang olahraga hingga sains dan kemampuan intelektual. Anies Baswedan, misalnya, berhasil masuk dalam 100 intelektual dunia versi jurnal Foreign Policy di Amerika Serikat. Rektor muda (belum genap 40 tahun) yang kini memimpin Universitas Paramadina itu disejajarkan dengan sejumlah intelektual kelas dunia seperti Samuel Huntington,Francis Fukuyama, Thomas Friedman,dan sederet ilmuwan penting dunia lain. Menurut Anies,bangsa Indonesia sebenarnya sudah memiliki tradisi intelektual yang panjang. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Sjahrir, Agus Salim pernah kesohor di kalangan internasional.”Saya ingin tokoh-tokoh intelektual kita juga kembali muncul sebagaimana mereka,” tandasnya kepada SINDO beberapa waktu lalu. Prestasi di tingkat internasional juga diperlihatkan para pelajar Indonesia dalam bidang sains, khususnya fisika. Hingga saat ini, dalam sejarah keikutsertaan pelajar Indonesia dalam Olimpiade Fisika, para pelajar Indonesia tercatat telah menggondol sekitar 50 medali emas.Menurut Ketua Tim Olimpiade Fisika Yohanes Surya, sebenarnya potensi anak-anak Indonesia sangat luar biasa, tapi pengolahannya yang belum maksimal. Untuk itulah Yohanes membuat pusat pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) Center. Di bidang lain, prestasi kaum muda Indonesia juga tak kalah hebat. Di dunia olahraga, misalnya, meski belum semua cabang olahragabisadibanggakan, untukcabangcabang tertentu Indonesia pernah menorehkan sejarah tersendiri. Misalnya pada cabang bulutangkis, tidak sedikit gelar juara dunia diraih Indonesia. Baik yang sifatnya perseorangan maupun beregu. Menurut juara dunia tunggal putra bulutangkis 2005 Taufik Hidayat, saat ini minat dan potensi pemuda untuk berprestasi sangat besar. Hal ini menurutnya harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Perhatian yang dimaksud Taufik tidak sebatas pada saat si atlet berprestasi. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana pemerintah memperhatikan nasib para atlet yang sudah kehilangan masa jayanya. Sebab,kebanyakan mantan atlet di Indonesia hidupnya justru memprihatinkan setelah pensiun. Padahal, ketika berkiprah di dunia olahraga, sang atlet memberikan sumbangsihnya kepada negara. ”Saat tampil di berbagai pertandingan, terutama saat bertarung dengan pemain asing, kita membawa nama bangsa. Hal ini sering membuat kami terharu, apalagi ketika berhasil mengibarkan bendera Merah Putih,”tandasnya kepada SINDO. Pembawa Angin Segar Selain olahraga,di dunia seni pun tidak jarang kaum muda Indonesia berhasil mencetak prestasi gemilang. Di panggung perfilman nasional misalnya, nama-nama seperti Garin Nugroho,Riri Riza, Mira Lesmana, dan Rudi Soedjarwo dianggap sebagai pendobrak kebuntuan film Indonesia yang pada era awal 1990-an mengalami mati suri. Saat itu, jumlah produksi film yang tidak memadai membuat ajang anugerah insan film Indonesia, Piala Citra, juga tidak bisa diselenggarakan selama beberapa tahun.Meski saat itu ada beberapa produksi film yang masih tersisa, secara kuantitas tidak cukup kuat untuk membangunkan film Indonesia yang tertidur lelap. Beruntung, pada akhir 1990-an mulai muncul sineas-sineas muda seperti Garin,Riri,Mira,dan Rudi. Kehadiran mereka serasa membawa angin segar kembalinya film nasional. Nama Garin pun disebutsebut sebagai pelopor bangkitnya film nasional.Meski beberapa filmnya kurang bisa diterima sebagian khalayak di Indonesia karena dianggap terlampau rumit, film-film Garin memiliki kualitas yang tidak sembarangan. Cinta Dalam Sepotong Roti, karya pertama Garin, misalnya. Gaya film itu sangat berbeda dengan gaya dan pakem para sineas Indonesia masa itu. Film Indonesia pun baru bisa benar-benar disebut bangkit kembali setelah Rudi menyutradarai Ada Apa dengan Cinta.Film cerita sederhana mengenai cinta anak SMA– mirip-mirip pendahulunya era 1980-an yang umumnya dibintangi Rano Karno-Yessy Gusman. Munculnya para sineas muda ini membuat khazanah film Indonesia semakin kaya. Menurut Riri, saat ini antusiasme anak muda di bidang film cukup besar. Dengan keterbatasan yang ada,anak muda menjadi kelompok yang paling banyak berperan di dunia seni. ”Kita memiliki koreografer- koreografer muda yang tidak hanya menembus kancah dunia tari tingkat Asia, tetapi mendunia. Musisi-musisi kita pun demikian. Dalam bidang film,banyak sineas kita meraih penghargaan tingkat dunia,” ungkap Riri yang meraih penghargaan sebagai sutradara film terbaik (untuk film Three Days to Forever/3 Hari Untuk Selamanya) dalam London International Film Festival 2007. Selain Riri, sineas muda lain yang juga berprestasi internasional adalah Sakti Paranten,34,yang meraih penghargaan utama British Council International Young Creative Entepreneur of The Year (IYCE Awards) bidang film 2008. Penghargaan ini sebelumnya diterima animator muda Wahyu Aditya, 27, yang dinobatkan sebagai International Young Screen Entrepreneur of The Year2007. Warna Anak Muda Semangat dan kreativitas kaum muda juga memberikan warna dalam aktivitas perekonomian Indonesia. Menurut Ketua Himpunan Pengusaha Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa,saat ini peran pemuda dalam bidang ekonomi sangat jelas, khususnya dalam industri kreatif. ”Hal ini diperlihatkan dengan banyak posisi strategis yang sudah diduduki oleh kalangan muda,” tandasnya kepada SINDO. Meski begitu, menurutnya,tantangan kaum muda juga tidak sedikit. Apalagi, pemerintah dinilainya kurang memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk menunjukkan kualitas mereka seutuhnya. Karena itu,banyak profesional muda yang harus hengkang dan memilih bekerja di luar negeri. ”Banyak pemuda yang punya talenta tetapi tidak diberdayakan pemerintah akhirnya dia dipekerjakan negara lain,” ujar Erwin. Sementara itu, di dunia politik,peran pemuda menjadi fenomena tersendiri. Saat ini, kaum muda Indonesia menjadi wajah-wajah segar dalam ingar-bingar perpolitikan nasional. Menurut Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, saat ini kesadaran pemuda sedang tumbuh begitu pesat, sikap apatisme sudah tidak terlihat.” Kalau dalam politik,minimal pemuda sudah mewarnai 50%,” ujar Muhaimin kepada SINDO. Hal senada diungkapkan Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Menurutnya,di dunia politik saat ini banyak pemuda yang sudah membekali diri dengan berbagai kemampuan. Artinya,mereka sudah berkualitas dan punya kapasitas intelektual, kelayakan moral, integritas,komitmen sosial,dan punya keterampilan komunikasi, termasuk semangat pluralisme. Hadirnya kalangan muda dalam dunia politik merupakan fenomena positif guna menjaga kesinambungan regenerasi.”Kemandekan regenerasi implikasi negatifnya bukan saja terbatas pada sektor politik, tetapi juga akan berimbas pada bidang-bidang lain,”ujar Anas. Oleh karena itu,sudah waktunya kaum muda menerjemahkan isu regenerasi kepemimpinan bangsa dengan cara yang lugas. Tanpa ”huru-hara”politik suksesi. (abdul malik/ islahuddin/ faizin aslam)
Kamis, 27 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar