Kamis, 27 Agustus 2009

latihan essay

ekonomi kreatif mewujudkan kebangkitan nasionalisme Indonesia bersama wirausaha muda

judul peserta assay 2009

Daftar Peserta Kompetisi Esai Mahasiswa 2009 per tanggal 12 Agustus 2009
14 August 2009
Berikut ini adalah daftar peserta Kompetisi Esai Mahasiswa 2009 per tanggal 12 Agustus 2009 dan naskahnya telah masuk ke Tempo Institute.
NO
NAMA
JUDUL
KAMPUS
1
Noveri Maulana
Kebangkitan Budaya Nasional di kalangan Generasi Muda
UNPAD
2
Krismansyah
Kaum Muda dan Semangat Berwiraswasta
Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta
3
Galih Andreanto
Menggagas Kebangkitan Identitas Nasional
UNPAD
4
Angga Prasetyawan
Industri Kreatif Berbasis Warisan Budaya Perwujudan Intelektualitas Bangsa yang Bernasionalisme
UI
5
Fahmi Firmansyah
Budaya Sebagai Identitas Suatu Bangsa
UI
6
Abdullah Sani
Menggagas Ekonomi Kreatif Untuk Indonesia
7
Syailendra Persada
Nasionalisme di Mata Saya: Di Pandang Dari Perspektif Kebudayaan
Universitas Diponegoro
8
Johan Wahyudhi
Mazhab Cinta: Menerima Keragaman, Menggagas Persatuan
9
Junita Nurwati
Ekonomi Kreatif sebagai Pergeseran Pemikiran Orientasi Pemikiran di Masa Depan
UI
10
Made Handijaya Dewantara
Dwi Bahasa Pariwisata untuk Nasionalisme Indonesia
Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali
11
Afrin
Aku, Indonesia dan Pemimpin Indonesia
UIN
12
Muhammad Nadhir
Nasionalisme di Mata Saya
Santri Dayah MUDI MESRA
13
Evi Asmarawati
Menuju Pemimpin yang Paripurna
Universitas Negeri Malang
14
Muhammad Irfan
Menuju Masyarakat Madani dengan Budaya Organisasi dan Pendidikan
UIN Yogyakarta
15
Ika Amaliyah
Wajah Indonesia
UNPAD
16
Ferdinand Tri Wibiwo
Menjadi Indonesia
Universitas Kristen Duta Wacana Yogya
17
Firdaus Putra Aditama
Menjadi Indonesia Bersama Masyarakat
Universitas Soedirman Purwokerto
18
Arif Darmawan
Ekonomi Kreatif Sebagai Pilar Kemandirian Ekonomi Bangsa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
19
Agustynus Manik
Evolusi dan Toleransi atas Perbedaan Budaya
Universitas Katolik Santo Thomas
20
Putri Awati Ningsih
Pemimpin Masa Depan Indonesia
STIKES Harapan Ibu Jambi
21
Roby Abdillah
Kibarkan Semangat Nasionalisme, Wahai Kaum Muda
Politeknik Negeri Jakarta
22
Ragil Romly
Mencetak Pemimpin melalui Pers
UNPAD
23
Moch. Faizal
Men(T)imurkan Kembali Indonesia
Universitas Sebelas Maret Surakarta
24
Eka S Saputra
Sepetak Tanah untuk Nasionalisme
UGM
25
Bagus Abdurrahman Wahid
Ekonomi Kreatif Masa Depan Perekonomian Indonesia
Universitas Muhammadiyah Yogya
26
Muhammad Abdul Aziz
Indonesia Menuju Ekonomi Masa Depan dengan Ekonomi Kreatif
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
27
Pinkan Pranawesti Sanger
Nasionalisme Ikan Asin di Depan Bangku Bioskop XXI
UPI YAI Jakarta
28
Andy Shabet
Revolusi Bumi SOS
Universitas Bung Karno Jakarta
29
Eko Siswanto
Mereka Pahlawanku
UI
30
Dea Melina
Menuju Indonesia Mandiri
UNPAD
31
Ilham Akbar Rao
Pahlawan Tragis Untuk Indonesia
UIN Jakarta
32
Yenny Fu
Menjadi Indonesia
Trisakti, School of Management
33
Enur Nursyamsi
Ekonomi Kreatif di Indonesia
Universitas Paramadina
34
Untung Jefry Manullang
Menggali Gagasan Kepemimpinan dan Nasionalisme di Kalangan Muda Indonesia
STAN Jakarta
35
RM Joko P Mulyadi
Nasionalisme di Mata saya, Bahasa: Identitas Bangsa
UIN Jakarta
36
Aulia Khasanah
Kompetisi Esai Mahasiswa 2009
Universitas Negeri Jakarta
37
Winda mayang Sari
Menjadi Pemuda Indonesia
IPB
38
Fahrudin
Nasionalisme di Mata Saya
Universitas Djuanda Bogor
39
Irfansyah
Tinjauan Semangat Nasionalisme dengan Bingkai Kearifan Lokal aceh
Unsyiah Banda Aceh
40
Siti Maryam Purwoningrum
Memaksimalkan Potensi Bahasa Indonesia
Universitas Diponegoro
41
Wisnu Prasetya Utomo
Memberdayakan Masyarakat, Menyiapkan Diri Sebagai Pemimpin
UGM
42
Tiara Elgifienda
Ekonomi Kreatif dan Mandiri Bersama Koperasi Mahasiswa
UGM
43
Dahlia Ilinda
Pemimpin Sosial Bagi Bangsaku
UGM
44
Puspa Setia Pratiwi
Membangun Kebanggaan Generasi Muda Indonesia Terhadap Kebudayaan Bangsa Melalui Indonesian Youth Host Program
UI
45
Ridha Perwira
Menjadi Indonesia
46
Oka Mahendra Saputra
Membagun Modal Bangsa yang Hilang
ITB
47
Agoes harnowo
Bhinneka Tunggal Ika, Nasionalisme dalam Cangkang Sempit Bernama SARA
UGM
48
Verdy Prasetio
Pemilu Jujur, Pemimpinpun Jujur
Universitas Surabaya
49
Arifuddin Hamid
Kepemimpinan Pemuda Dalam Bingkai Reformasi (Sebuah Keharusan Zaman dalam Potret Pragmatisme Akut)
UI
50
Agus Rois
Memaknai Nasionalisme dalam Demokrasi dalam Masyarakat Risiko: Berkat atau Laknat?
UGM
51
Nova Kurniawan
Ekonomi Kreatif ala Ekonomi Rakyat Kecil
UGM
52
Luhut Gurning
Kerjakan Tugas Kita Sekarang
UI
53
Azmy Basyarahil
Mentalitas Berkelimpahan (Abundance Mentality): Syarat Utama Membentuk Pemimpin Masa Depan
UGM
54
Rifki Ilmayanto
Kearifan Lokal Masyarakat Pesaren dalam Tekanan Pertambangan Timah
UGM
55
Verena Lubis
Perdamaian yang Hakiki
56
Winny Laura Christina
Esok Yang Lebih Baik
UI
57
Rasih
Refleksi Budaya dalam Jati Diri Bangsa: Menjadi Indonesia Seutuhnya
UI
58
Dian Handayani
Sejarah Dalam Kaitannya Menjadi Manusia Indonesia Yang Demokratis
UGM
59
Arya Budi
Reposisi Organisasi Mahasiswa Daerah
UGM
60
Arya Budi
Formulasi Seleksi+Modal Personal=Pemimpin Bangsa
UGM
61
Uli Febriarni
Bahasa Indonesia Riwayatmu Kini
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
62
Andria G.P.
Perjalanan Nasionalisme Bangsa Indonesia
UNPAD
63
Irvan Supradana
Membangun Citra Bangsa dengan Budaya
ITB
64
Nadia Putri
Kaum Muda Sebagai Bingkai Harapan Bangsa
IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
65
Rizky Febriana
UGM
66
Habibie M Waly
Teroris di Indonesia
67
Dana Hasibuan
Pariwisata Sebagai Terobosan Baru dalam Membangkitkan Rasa Bangga akan Keberagaman
UGM
68
Nadhif Faizun
Refleksi Perjalanan Demokrasi Indonesia: Mencari Sosok Presiden Ideal
UGM
69
Sischa Maulana
Selami Jati Diri Pemuda demi Kehidupan Bangsa yang Lebih Baik
UI
70
Fajar Sofyantoro
Penyederhanaan Sejarah, Sebuah Resistor Interpretasi Nilai-nilai Kebangsaan
UGM
71
Pandu Utama Manggala
Memaknai Arti Kepemimpinan Generasi Muda
UI
72
Maldalias
Kami Bangga Sebagai Bangsa Indonesia
Universitas Gunadarma, Depok
73
Adrianto
Pemuda Solusi Pemimpin Indonesia ke Depan
Universitas Negeri Padang
74
Marsha Violita Putriadhi
Budaya Nasionalisme di Indonesia
Universitas al-Azhar Indonesia, Jakarta
75
Yadi Cahyadi
Bahan Bakar Menjadi Indonesia
Universitas Negeri Malang
76
Muhammad Yanuar Ari
Menanti sistem Baru Wadah Pencetak Generasi Bangsa Dengan Reformasi Fikiran
77
Arga Yudia Putra
Merobek Bangsa dengan Penaku
STMIK Amikom Yogyakarta
78
Dzikry Rohdyansah
Tak Ada Yang Berubah
Universitas Mercubuana Jakarta
79
Sofiatun Tjakraningrat
Atlantis Dusun Indonesia
Universitas Muhammadiyah Yogya
80
Rully Febrian
Menjadi Indonesia

mimpi indonesia

Indonesian Dream
Sabtu, 2008 Oktober 11

Perdagangan Bebas dan Nasionalisme
Sunday, 05 October 2008 Banyak negara yang akhirnya mengoreksi kebijakan dengan menyetujui perdagangan bebas. Sebab,dampak negatif globalisasi mulai terasa.Isu nasionalisme pun kembali dianut. Perdagangan bebas merupakan sebuah keniscayaan. Bagi negara yang sudah siap menghadapinya, perdagangan bebas bisa menjadi sebuah keuntungan karena produknya bisa mendapatkan pasar baru tanpa sekat batas negara. Namun, bagi yang belum siap, ini bisa menjadi mimpi buruk. Sebab, produk lokal di negara tersebut harus menghadapi serbuan produk negara lain yang mungkin lebih berkualitas. Ketika produk lokal satu negara tidak bernilai tambah, konsekuensinya akan tergilas produk asing tersebut. Kondisi semacam inilah yang dicemaskan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Itu sebabnya, pada pertengahan September lalu, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Distribusi 2008, lembaga ini mencoba mengusung kembali isu nasionalisme yang dikaitkan dalam era perdagangan bebas.Bagi Kadin, hal itu sangat penting agar Indonesia bisa menghadapi tantangan aktual yang ada saat ini,termasuk di masa depan. Sejatinya,slogan ”cinta produk dalam negeri” sudah sejak lama dikampanyekan. Namun, slogan itu hingga kini masih sebatas ”kata manis di bibir” saja.Isu ini pun dianggap penting karena untuk wilayah ASEAN saja, produk Indonesia dianggap belum mampu bersaing.Apalagi, Indonesia juga akan memasuki era perdagangan bebas wilayah ASEAN (AFTA) pada 2015. Jadi, isu nasionalisme dalam konteks perdagangan pun semakin penting.Tujuannya,agar produk Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Memang kesepakatan Indonesia dalam perjanjian organisasi perdagangan bebas (WTO) masih menuai kontroversi.Sebagian kalangan menilai Indonesia belum layak turut serta. Sementara di pihak lain, Indonesia dianggap sudah semestinya ”berperan” dalam perdagangan bebas karena produknya dinilai mampu bersaing. Namun faktanya, produk asinglah yang justru banyak beredar di Tanah Air. Karena kadung menyetujui perjanjian WTO, mau tidak mau Indonesia harus menyiapkan diri menyongsong perdagangan bebas. Ya, sebuah harga yang harus dibayar akibat menganut sistem ekonomi terbuka. Untuk itu,menurut Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Distribusi Ketut Suardhana Linggih, penggunaan produk nasional sudah semestinya menjadi perhatian semua pihak. ”Kita tidak perlu menjadi warga negara Indonesia yang anti asing.Namun, kita juga perlu lebih memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri,”katanya. Menurut dia, nasionalisme dalam perdagangan tidak melanggar kesepakatan dengan WTO,AFTA,ataupun Indonesia—Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA).Sebab,kunci keberhasilan dalam perdagangan bebas adalah Indonesia harus mempertimbangkan kondisi akses pasar, dukungan perusahaan domestik, serta dukungan kegiatan ekspor dari pemerintah. Artinya, pemerintah harus bisa memproteksi kepentingan produk dalam negeri. Sebab,bagi negara yang sudah siap pun, kebijakan tersebut merupakan prasyarat utama keberhasilan mereka dalam perdagangan bebas.Mereka terlebih dahulu memproteksi produk dalam negeri, baru kemudian bermain di pasar dunia. Lalu,banyaknya hambatan dan beban dalam aliran barang dan jasa dalam negeri menuntut dilakukannya reformasi birokrasi dan penyediaan infrastruktur pelabuhan, jalan tol, guna memperlancar arus barang. ”Semua pihak terkait, seperti DPR,pemerintah,dan pengusaha harus menciptakan sistem yang mempermudah terjadinya transaksi perdagangan di Indonesia,”paparnya. Selain harus mendukung percepatan penerapan teknologi informasi pada semua kalangan industri di dalam negeri, semua pihak juga harus mendorong penggunaan produksi barang dan jasa dalam negeri.Menurut Ketut, nasionalisme semacam ini sudah sangat biasa dilakukan di negaranegara maju.Hal ini pula yang dilakukan Amerika Serikat (AS), yang sering dijadikan acuan pelaku perdagangan bebas. Ketua Program Pascasarjana Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia (KWA-UI) Roni M Bishry menjelaskan, AS hingga kini masih memberlakukan nasionalisme dalam perdagangannya dengan pendekatan National Economic Interest. Di antaranya, bagaimana Negara Paman Sam itu membuat barang dalam negerinya kompetitif terhadap barang luar negeri. Kemudian,bagaimana memperbaiki rantai distribusi, infrastruktur, serta kinerja institusi pemerintah. Syahdan, dibuat strategi ekspor atas komoditas tertentu dan ditentukan juga negara tujuan ekspornya. ”Nasionalisme dalam konteks perdagangan adalah berpihak pada kepentingan nasional, mendukung dunia usaha supaya ekspor naik,komponen impor (import content) menurun, promosi produk domestik di luar negeri, dukungan finansial, dukungan teknologi,dan lainnya,”paparnya. Itu sebabnya, nasionalisme saat ini kembali dianggap penting sebagai instrumen yang bisa memproteksi produk- produk dalam negeri.Sebab, kini semakin banyak fakta yang mencuat bahwa globalisasi sebagai ”kendaraan” perdagangan bebas tidak selamanya memberi manfaat positif bagi masyarakat dunia. Runtuhnya pasar finansial AS yang berdampak pada pasar finansial global adalah salah satu bukti nyata ”kegagalan”globalisasi. Karena itu, dalam setahun terakhir, banyak negara di dunia yang akhirnya mengoreksi terhadap perjanjian pasar bebas yang disepakati. Tujuannya, guna menemukan formulasi yang tepat dalam menghadapi perdagangan bebas itu sendiri. Bagi Indonesia, awalnya perdagangan bebas dianggap bermanfaat untuk menumbuhkan industrialisasi dan meningkatkan ekspor. Hal ini kemudian dibuktikan dengan predikat Macan Asia Baru (the New Asian Tiger) yang disandang Indonesia pada era 1990-an.Bahkan,sejak 1996, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat angka signifikan. Namun, ketika krisis menerpa pada 1997, fondasi ekonomi Indonesia rapuh.Ternyata kemampuan ekonomi Indonesia sebelum krisis bersifat semu. Sebagai negara yang menyetujui perdagangan bebas,Indonesia justru terperangkap utang luar negeri yang semakin membengkak.Globalisasi ternyata membuat Indonesia bergantung pada lembaga keuangan dunia seperti IMF dan Bank Dunia.Kemandirian Indonesia sebagai sebuah negara pun lindap. Meski begitu, menurut Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat, perdagangan bebas tidak serta-merta harus dilihat sebagai ”hantu” yang menakutkan. Sebaliknya, harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan nasional.Artinya, proteksi terhadap produk dalam negeri harus diutamakan. Sebab, umumnya pemerintah negara-negara maju yang menguasai pasar dunia terlebih dahulu memproteksi produk dalam negerinya sebelum bertarung di pasar global. (abdul malik/islahuddin/ faizin aslam) http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/periskop/perdagangan-bebas-dan-nasionalisme-2.html

contoh artikel

Indonesian Dream
Kamis, 2008 Oktober 30

Yang Muda (Bisa) Dipercaya
Saturday, 25 October 2008 Banyak prestasi gemilang ditorehkan generasi muda di berbagai bidang.Bahkan,ada yang berhasil mendobrak pakem-pakem lama milik generasi sebelumnya. Menoleh perjalanan sejarah negeri ini, kiprah pemuda tak pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun bergulir sesuai konteks dan zamannya. Di masa lalu, napas pemuda lebih mengedepankan semangat heroisme untuk lepas dari tangan penjajah. Seiring perjalanan waktu, semangat itu pun berubah. Kini,tidak jarang pemuda yang berupaya keras menorehkan prestasi di dunia internasional. Mulai dari bidang olahraga hingga sains dan kemampuan intelektual. Anies Baswedan, misalnya, berhasil masuk dalam 100 intelektual dunia versi jurnal Foreign Policy di Amerika Serikat. Rektor muda (belum genap 40 tahun) yang kini memimpin Universitas Paramadina itu disejajarkan dengan sejumlah intelektual kelas dunia seperti Samuel Huntington,Francis Fukuyama, Thomas Friedman,dan sederet ilmuwan penting dunia lain. Menurut Anies,bangsa Indonesia sebenarnya sudah memiliki tradisi intelektual yang panjang. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Sjahrir, Agus Salim pernah kesohor di kalangan internasional.”Saya ingin tokoh-tokoh intelektual kita juga kembali muncul sebagaimana mereka,” tandasnya kepada SINDO beberapa waktu lalu. Prestasi di tingkat internasional juga diperlihatkan para pelajar Indonesia dalam bidang sains, khususnya fisika. Hingga saat ini, dalam sejarah keikutsertaan pelajar Indonesia dalam Olimpiade Fisika, para pelajar Indonesia tercatat telah menggondol sekitar 50 medali emas.Menurut Ketua Tim Olimpiade Fisika Yohanes Surya, sebenarnya potensi anak-anak Indonesia sangat luar biasa, tapi pengolahannya yang belum maksimal. Untuk itulah Yohanes membuat pusat pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) Center. Di bidang lain, prestasi kaum muda Indonesia juga tak kalah hebat. Di dunia olahraga, misalnya, meski belum semua cabang olahragabisadibanggakan, untukcabangcabang tertentu Indonesia pernah menorehkan sejarah tersendiri. Misalnya pada cabang bulutangkis, tidak sedikit gelar juara dunia diraih Indonesia. Baik yang sifatnya perseorangan maupun beregu. Menurut juara dunia tunggal putra bulutangkis 2005 Taufik Hidayat, saat ini minat dan potensi pemuda untuk berprestasi sangat besar. Hal ini menurutnya harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Perhatian yang dimaksud Taufik tidak sebatas pada saat si atlet berprestasi. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana pemerintah memperhatikan nasib para atlet yang sudah kehilangan masa jayanya. Sebab,kebanyakan mantan atlet di Indonesia hidupnya justru memprihatinkan setelah pensiun. Padahal, ketika berkiprah di dunia olahraga, sang atlet memberikan sumbangsihnya kepada negara. ”Saat tampil di berbagai pertandingan, terutama saat bertarung dengan pemain asing, kita membawa nama bangsa. Hal ini sering membuat kami terharu, apalagi ketika berhasil mengibarkan bendera Merah Putih,”tandasnya kepada SINDO. Pembawa Angin Segar Selain olahraga,di dunia seni pun tidak jarang kaum muda Indonesia berhasil mencetak prestasi gemilang. Di panggung perfilman nasional misalnya, nama-nama seperti Garin Nugroho,Riri Riza, Mira Lesmana, dan Rudi Soedjarwo dianggap sebagai pendobrak kebuntuan film Indonesia yang pada era awal 1990-an mengalami mati suri. Saat itu, jumlah produksi film yang tidak memadai membuat ajang anugerah insan film Indonesia, Piala Citra, juga tidak bisa diselenggarakan selama beberapa tahun.Meski saat itu ada beberapa produksi film yang masih tersisa, secara kuantitas tidak cukup kuat untuk membangunkan film Indonesia yang tertidur lelap. Beruntung, pada akhir 1990-an mulai muncul sineas-sineas muda seperti Garin,Riri,Mira,dan Rudi. Kehadiran mereka serasa membawa angin segar kembalinya film nasional. Nama Garin pun disebutsebut sebagai pelopor bangkitnya film nasional.Meski beberapa filmnya kurang bisa diterima sebagian khalayak di Indonesia karena dianggap terlampau rumit, film-film Garin memiliki kualitas yang tidak sembarangan. Cinta Dalam Sepotong Roti, karya pertama Garin, misalnya. Gaya film itu sangat berbeda dengan gaya dan pakem para sineas Indonesia masa itu. Film Indonesia pun baru bisa benar-benar disebut bangkit kembali setelah Rudi menyutradarai Ada Apa dengan Cinta.Film cerita sederhana mengenai cinta anak SMA– mirip-mirip pendahulunya era 1980-an yang umumnya dibintangi Rano Karno-Yessy Gusman. Munculnya para sineas muda ini membuat khazanah film Indonesia semakin kaya. Menurut Riri, saat ini antusiasme anak muda di bidang film cukup besar. Dengan keterbatasan yang ada,anak muda menjadi kelompok yang paling banyak berperan di dunia seni. ”Kita memiliki koreografer- koreografer muda yang tidak hanya menembus kancah dunia tari tingkat Asia, tetapi mendunia. Musisi-musisi kita pun demikian. Dalam bidang film,banyak sineas kita meraih penghargaan tingkat dunia,” ungkap Riri yang meraih penghargaan sebagai sutradara film terbaik (untuk film Three Days to Forever/3 Hari Untuk Selamanya) dalam London International Film Festival 2007. Selain Riri, sineas muda lain yang juga berprestasi internasional adalah Sakti Paranten,34,yang meraih penghargaan utama British Council International Young Creative Entepreneur of The Year (IYCE Awards) bidang film 2008. Penghargaan ini sebelumnya diterima animator muda Wahyu Aditya, 27, yang dinobatkan sebagai International Young Screen Entrepreneur of The Year2007. Warna Anak Muda Semangat dan kreativitas kaum muda juga memberikan warna dalam aktivitas perekonomian Indonesia. Menurut Ketua Himpunan Pengusaha Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa,saat ini peran pemuda dalam bidang ekonomi sangat jelas, khususnya dalam industri kreatif. ”Hal ini diperlihatkan dengan banyak posisi strategis yang sudah diduduki oleh kalangan muda,” tandasnya kepada SINDO. Meski begitu, menurutnya,tantangan kaum muda juga tidak sedikit. Apalagi, pemerintah dinilainya kurang memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk menunjukkan kualitas mereka seutuhnya. Karena itu,banyak profesional muda yang harus hengkang dan memilih bekerja di luar negeri. ”Banyak pemuda yang punya talenta tetapi tidak diberdayakan pemerintah akhirnya dia dipekerjakan negara lain,” ujar Erwin. Sementara itu, di dunia politik,peran pemuda menjadi fenomena tersendiri. Saat ini, kaum muda Indonesia menjadi wajah-wajah segar dalam ingar-bingar perpolitikan nasional. Menurut Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, saat ini kesadaran pemuda sedang tumbuh begitu pesat, sikap apatisme sudah tidak terlihat.” Kalau dalam politik,minimal pemuda sudah mewarnai 50%,” ujar Muhaimin kepada SINDO. Hal senada diungkapkan Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Menurutnya,di dunia politik saat ini banyak pemuda yang sudah membekali diri dengan berbagai kemampuan. Artinya,mereka sudah berkualitas dan punya kapasitas intelektual, kelayakan moral, integritas,komitmen sosial,dan punya keterampilan komunikasi, termasuk semangat pluralisme. Hadirnya kalangan muda dalam dunia politik merupakan fenomena positif guna menjaga kesinambungan regenerasi.”Kemandekan regenerasi implikasi negatifnya bukan saja terbatas pada sektor politik, tetapi juga akan berimbas pada bidang-bidang lain,”ujar Anas. Oleh karena itu,sudah waktunya kaum muda menerjemahkan isu regenerasi kepemimpinan bangsa dengan cara yang lugas. Tanpa ”huru-hara”politik suksesi. (abdul malik/ islahuddin/ faizin aslam)

Penjelasan untuk ikut essay

Daftar dan Penjelasan Seputar Mentor
21 August 2009
Teman-teman mahasiswa yang baik,
Berhubung ada banyak sekali pertanyaan tentang mentor, maka berikut ini kami buat daftar tanya jawab tentang mentor. Mudah-mudahan membantu.
T : Apakah boleh tidak menggunakan bantuan mentor yang disediakan Tempo Institute?
J: Boleh. Silakan. Fasilitas mentor adalah opsi bebas yang bisa digunakan, bisa pula tidak.
T: Mengapa mentor tidak menjawab atau membalas email yang Anda kirim?
J: Kemungkinan karena pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang sebenarnya sudah ada jawabannya di website ini, misalnya tentang deadline, kapan pengumuman, ke mana mengirim naskah, dan sejenisnya. Oleh karena itu, silakan mengunjungi website Tempo Institute dan klik posting yang terkait dengan kompetisi esai, yakni Aturan Main Kompetisi Esai.
Kemungkinan lainnya, pertanyaan Anda menunjukkan bahwa Anda berangkat dari nol (misalnya: Mas mentor, apa ide yang bisa saya tulis? atau: apa buku yang perlu saya baca untuk mengikuti kompetisi ini? bagaimana format tulisan esai? –pertanyaan seperti ini menunjukkan bahwa Anda kurang melakukan riset awal. Galilah ide dan gagasan dengan melihat persoalan di sekeliling Anda. Jika sudah punya ide dan butuh teman untuk mengasah ide tersebut, barulah Anda menghubungi mentor). Jangan berangkat dari nol.
T : Bagaimana dengan daerah yang tidak tersedia mentornya?
J: Panitia mohon maaf karena tidak bisa menyediakan mentor di seluruh wilayah tanah air. Keterbatasan panitia menjadi sumber utama ketidaktersediaan mentor ini. Jika Anda dari daerah yang tidak ada mentornya, silakan mencoba menghubungi mentor di kota lain melalui email.
T : Daftar mentor yang dahulu tidak bisa diakses, bagaimana?
J : Berikut ini kami muat lagi daftar nama mentor:
Raditya Dika, penulis buku dan blog “Kambing Jantan”, Jakarta (raditya.dika@gmail.com)
Widiarsi Agustina, wartawan Tempo, Kepala Biro Tempo Jawa Barat (nini3l@yahoo.com)
Sandy Indra Pratama, wartawan Tempo, Bandung (baweanjing@yahoo.com)
Murizal Hamzah, Banda Aceh, wartawan The Globe Journal (murizalhamzah@gmail.com)
Febi Siahaan, Jakarta, wartawan, dosen, Jakarta (feby0602@gmail.com)
David Ardhian, peneliti, Bogor (vied_ardhian@yahoo.com)
Mathias Refra, wartawan, Papua (tiasrafra@yahoo.com)
NM Ruliady, penulis lepas, Jakarta (nm.ruliadi@gmail.com)
Dzikron, penulis lepas, Jakarta (dzikron@gmail.com)
M Taufiqurahman, wartawan Tempo, Jakarta (taufiq@mail.tempo.co.id)
LR Baskoro, wartawan Tempo (lrbaskoro@mail.tempo.co.id)
Imazahra Fatimah, penulis buku, Banjarmasin (imazahra_books@yahoo.com)
Yosep Suprayogi, wartawan Tempo, Jakarta (yosep@mail.tempo.co.id
Riki Ferdinanto, wartawan Tempo, Jakarta (riky_f@mail.tempo.co.id)
Purwani D Prabandari, wartawan Tempo, Kepala Biro Tempo Yogyarta & Jawa Tengah (ndari@mail.tempo.co.id)
Bagja Hidayat, wartawan Tempo, Jakarta, bagja@mail.tempo.co.id
Budi Yoga, dosen, Bandung, byogas1408@yahoo.com
Protus Tanuhandaru, penulis, Jakarta, protust@yahoo.com
T : Apakah nama mentor dicantumkan pada naskah esai yang Anda kirimkan?
J : Jika Anda menggunakan bimbingan mentor: ya.
Terimakasih, selamat berkarya.

info lomba essay

Kompetisi Esai Mahasiswa 2009 diperpanjang sampai dengan 30 September 2009
17 July 2009
Ajang Kompetisi Esai Mahasiswa 2009 dengan tema “Menjadi Indonesia” yang digelar oleh Tempo Institute dalam rangka memperingati delapan windu Indonesia merdeka diperpanjang tenggat waktunya yaitu sampai dengan 30 September 2009 (Cap Pos). Berikut ini adalah informasi lebih lengkap mengenai Kompetisi Esai Mahasiswa 2009:
Kompetisi Esai Mahasiswa 2009
Nasionalisme hanyalah kata-kata kosong sampai kita mengisinya dengan gagasan, sikap kritis, pengalaman, dan harapan.
Kompetisi Esai untuk Mahasiswa 2009 “Menjadi Indonesia” digelar TEMPO INSTITUTE dalam rangka memperingati delapan windu Indonesia merdeka.
TEMA: “Nasionalisme di Mata Saya”
Pastikan memulai esaimu dengan menggambarkan kondisi lokal. Berikut ini contoh sudut pandang yang bisa dipilih:
1. BUDAYABudaya adalah keseluruhan sistem sosial masyarakat. Bagaimana membangun Indonesia yang punya kebanggaan, keteguhan, tidak rendah diri, malu korupsi?
2. EKONOMI2009 adalah tahun ekonomi kreatif. Bagaimana menjadikan ekonomi kreatif sebagai bagian dari mendefinisikan kembali nasionalisme secara mutakhir?
3. KEPEMIMPINANNilai-nilai kepemimpinan, terutama melayani masyarakat, dewasa ini tidak mendapat tempat yang baik. Apa yang mestinya dilakukan kaum muda yang nota bene adalah pemimpin masa depan?
4. SOSIALIndonesia adalah negara yang bhinneka. Namun, belakangan ini kebanggaan pada keragaman perlahan terkikis. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menumbuhkan kembali kebanggaan akan keragaman?
PESERTA:Mahasiswa program D3, S1.
DEWAN JURI:Terdiri dari akademisi, budayawan, aktivis sosial dari berbagai kalangan.
MENTOR:Peserta dipersilakan berdiskusi, konsultasi, dengan mentor yang disediakan panitia.
PERSYARATAN:
Panjang esai 5—10 halaman kuarto, spasi ganda.
Belum pernah dipublikasikan.
Dikirimkan kepada panitia melalui surat elektronik ke:menjadi-indonesia@mail.tempo.co.id
Dikirimkan via pos ke alamat sekretariat “Menjadi Indonesia”, Jalan Proklamasi 72, Jakarta 10320.
KRITERIA PENILAIAN
Mengemukakan gagasan kreatif yang memberi kontribusi bagi masyarakat.
Orisinalitas gagasan mendapat porsi penilaian lebih dibanding keindahan tata bahasa.
TENGGAT DIPERPANJANG SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 (CAP POS)
HADIAH:Pemenang I: Laptop dan uang tunai Rp 6.000.000Pemenang II: Laptop dan uang tunai Rp 4.000.000Pemenang III: Laptop dan uang tunai Rp 2.000.000
Pengumuman pemenang: 10 Oktober 2009. Dua puluh peserta terbaik akan mendapat kesempatan mengikuti “Kemah Menulis” di Jakarta, Oktober 2009.
KONTAK:Ikhwanul Huda (Iwan)021-3916160 ext. 220HP. 021-98371997
Tags: , , ,
This entry was filed under Berita. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.
« Kompetisi Esai untuk Mahasiswa 2009
Daftar Mentor Segera Diumumkan »
41 Responses to “Kompetisi Esai Mahasiswa 2009 diperpanjang sampai dengan 30 September 2009”

contoh essay yang baik

Essay - Agus Condro, Yoedha dan Perjuangan Dari Dalam Partai
Senin, 25-08-2008 13:24:43 oleh: Satrio Arismunandar Kanal: Opini
Kasus Agus Condro Prayitno, anggota DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan, yang mengaku menerima uang suap Rp 500 juta, masih bergulir lamban. Rp 500 juta itu diduga adalah uang suap, terkait dengan pemilihan Miranda S. Goeltom menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Miranda sendiri sejauh ini tetap membantah keterlibatannya dengan kasus itu.
Pengungkapan Agus Condro yang blak-blakan ternyata tidak serta merta memicu reaksi tanggap, baik dari KPK, apalagi dari internal partai. Di dalam PDI-P sendiri, sudah ada yang jadi "korban" akibat kasus Agus Condro. Ajaibnya, yang jadi korban bukan nama-nama anggota PDI-P, yang oleh Agus Condro disebut telah ikut menerima uang. Tetapi, justru salah satu caleg PDI-P, Dhia Prekasha Yoedha, yang mengusulkan langkah pembenahan internal partai, dalam upaya merespon pengungkapan Agus Condro tersebut.Saya tahu hal ini, karena saya dan Yoedha adalah teman lama. Yoedha adalah mantan wartawan Harian Kompas, yang dulu bersama-sama aktif di AJI (Aliansi Jurnalis Independen), SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia), dan Forum Wacana UI (Forum Mahasiswa Pasca Sarjana UI, yang di dalamnya juga bergabung M. Fadjroel Rachman, Effendi Gazali, Arief Mudatsir Mandan, Laode Ida, dan lain-lain). Sebagai teman, Yoedha belum lama ini curhat ke saya, tentang hal-hal yang menimpanya.Semuanya berawal, ketika Yoedha mengirim SMS ke beberapa rekan PDI-P, berbunyi: "Gerakkan segera demo ke Lenteng agung desak DPP bentuk Komite Disiplin periksa EmirMoeis. Max Moein. Daniel Budi Setiawan. Agus Condro Prayitno. Dudie Murod. dll dan kenakan sanksi PAW jika terbukti langgar Kode Etik Partai. ......dst."Gara-gara SMS itulah, posisi nomor urut Yoedha sebagai Caleg DPRD DKI Jakarta (dari Daerah Pemilihan Jakarta Timur) jadi melorot. Dari nomor urut 2, diturunkan ke 4, dan akhirnya dilempar ke nomor urut 8. Tak cukup dengan itu, Yoedha juga dimarahi habis oleh salah satu petinggi PDI-P.Saat saya menulis essay ini, saya kira Yoedha masih terus berjuang. Yakni, bagaimana mempertemukan idealisme, loyalitas, dan komitmennya pada ideologi partai, yang maunya lurus, dengan realita politik dan kekuasaan di internal partai, yang bisa jadi sangat bersifat pragmatis. Repotnya lagi, dalam "aura pragmatisme" semacam itu, Yoedha justru tidak punya cukup "sumberdaya sosial-ekonomi" untuk bermanuver di dalamnya. Meskipun cerdas dan kritis, Yoedha tak punya backing massa seperti kyai dengan pesantrennya. Juga, tak punya backing modal, seperti pengusaha besar atau konglomerat, yang dengan mudah bisa menggelontorkan milyaran rupiah buat partai.Menjadi caleg, bukan hal baru bagi Yoedha. Alumnus Jurusan Kriminologi FISIP UI dan mantan aktivis GMNI ini sudah tiga kali jadi caleg, namun tak pernah berhasil lolos jadi anggota DPR. Yaitu, tahun 1992, sebagai caleg DPR-RI dari wilayah Irian Jaya (sekarang Papua). Tahun 1999, sebagai caleg dari daerah Indragiri Hilir. Dan, tahun 2004, di DKI I, ia tersisih lagi. Ironinya, nomor urut Yoedha tergeser ke bawah oleh caleg lain, pindahan dari Golkar, yang menang dari segi "sumberdaya ekonomi."Padahal, bicara soal komitmen perjuangan, Yoedha termasuk yang berjuang melawan penindasan rezim Soeharto, sejak PDI Perjuangan belum berdiri, Megawati belum jadi ketua partai, dan Golkar saat itu masih menjadi tiang utama pendukung rezim Soeharto.Kisah yang dialami Yoedha ini mungkin bukan sesuatu yang baru, dan juga bukan khas PDI Perjuangan. Peristiwa semacam ini sangat mungkin juga terjadi di partai-partai lain, ketika idealisme seorang anggota, kader, atau caleg berbenturan dengan pragmatisme dan kepentingan segelintir elite partai.Namun, saya pikir, kisah ini cukup layak sebagai "sarana pengingat," bagi dua teman saya lainnya, yang saat ini juga terjun menjadi caleg dengan idealisme "melakukan perubahan dari dalam." Dua rekan saya itu adalah Indra J. Piliang, pengamat politik yang jadi caleg Partai Golkar, dan Hamid Basyaib, aktivis yang jadi caleg PDI Perjuangan. Semoga keberadaan mereka betul-betul bisa memberi warna, ke arah perubahan dan perbaikan, seperti yang dicita-citakan. Selamat berjuang, Bung!

Jakarta, 24 Agustus 2008

struktur essay yang baik

Struktur sebuah esay terdiri dari 3 tiga bagian:
1. Pengantar/Pengenalan (5% dari total essay)Biasanya 1 - 2 paragraf yang berisikan satu atau lebih hal-hal berikut ini: definisi masalah, pembatasan asumsi, istilah-istilah teknis yang digunakan dan tujuan penulisan, yang bisa menjelaskan secara seksama sebuah dalil yang kita ungkapkan.
2. Pembahasan/Argumentasi (85%-90% dari total esay)Bagian utama dari sebuah esay yang ditujukan untuk mengungkapkan bukti-bukti dalam bentuk: (a) logika penalaran pribadi, (b) teori-teori yang ada, atau (c) secara empiris melalui penelitian, yang relevan dengan masalah yang kita bahas. Dalam bagian ini kita memerlukan contoh-contoh, logika, teori, hasil penelitian yang masuk akal dan relevan dengan pernyataan-pernyataan yang tegas.Lebih baik lagi seandainya kita menyisipkan teknik devil's advocate atau kontra argumentasi dalam setiap pernyataan-pernyataan yang kita buat sehingga esay kita menjadi sulit untuk diserang.Dalam hal ini kita juga perlu mengumpulkan banyak bacaan dari topik yang dibahas dengan tentunya harus mencantumkan referensi-referensi. Hindari plagiarisme!Seandainya kita tidak bisa mendapatkan contoh-contoh dari teori, media, internet atau sumber-sumber yang lain, masukkan contoh-contoh dari pengalaman pribadi atau contoh praktis.
3. Penuntup/Kesimpulan (5%-10% dari total esay)Panjangnya penutup atau kesimpulan tergantung dari bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ungkapan dalam bagian definisi masalah pada bagian pembukaan. Jawaban-jawaban ini sebenarnya berkaitan dengan bukti-bukti yang kita bahas pada bagian argumentasi/pembahasan yang masih dalam kerangka tujuan penulisan. Lebih baik lagi, kalau ada penekanan terhadap argumentasi yang paling kuat yang paling dikuasai pada bagian pembahasan.

Rabu, 19 Agustus 2009

Contoh pkmp

Contoh proposal ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan untuk menggali, menyusun proposal PKMP, Ayo semangat.

1. JUDUL PENELITIAN

Seleksi Tungau Predator Amblyseius deleoni Muma et Denmark Resisten terhadap Pestisida yang Dipergunakan di Perkebunan Teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

2. LATAR BELAKANG MASALAH

Tanaman teh (Camellia sinensis ) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi. Tanaman teh tersebut, sebagaimana tanaman lainnya, tidak luput dari serangan hama. Jenis hama utama yang menyerang tanaman teh antara lain dari golongan tungau. Beberapa spesies tungau yang telah diketahui banyak menyerang perkebunan-perkebunan teh di Indonesia adalah Acaphylla theae, Polypagotarsonemus latus, Calacarus carinatus dan Brevipalpus phoenicis (Nuraini, 2001).

Di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera, tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) merupakan tungau hama tanaman teh yang sangat merugikan (Cranham, 1966). Tingkat kerugian ekonomi tersebut dicapai apabila dalam setiap daun teh berisi 24 tahap telur, larva, nimfa dan dewasa B. phoenicis (Oomen, 1982). Kerugian yang ditimbulkan meliputi kerusakan areal perkebunan hingga sekitar 50% dan menurunnya pertumbuhan pucuk daun teh yang mencapai 30% (Sudoi et al., 1991). Di Kenya, tungau jingga bahkan dikatakan sebagai tungau hama utama tanaman teh yang menimbulkan kerugian yang sangat besar (Sudoi et al., 1994).

Besarnya tingkat kerugian produk teh dapat menjadi lebih meningkat apabila perkebunan teh hanya mengandalkan penggunaan berbagai jenis pestisida dalam upayanya mengendalikan berbagai jenis jamur, serangga dan tungau. Dampak penggunaan pestisida meliputi dampaknya terhadap produk teh itu sendiri serta lingkungan. Kontaminasi pestisida dalam dosis tinggi akan menurunkan kualitas produk teh dan kualitas tanah, air dan berbagai komoditas disekitarnya, baik komoditas yang dikonsumsi setempat maupun komoditas eksport selain teh. .

Telah dikemukakan bahwa penggunaan pestisida berdampak terhadap produk teh dan lingkungannya. Selain itu, pestisida yang telah lama dipergunakan oleh perkebunan teh dapat mempengaruhi hubungan alamiah mangsa-pemangsa. Pada umumnya, kemampuan mentoleransi pestisida dan tingkat resurjensi tungau hama termasuk tungau jingga (mangsa), sangat tinggi (McMurtry dan Croft, 1997). Sebaliknya, A. deleoni yang merupakan predator tungau jingga, sangat rentan terhadap berbagai pestisida yang diaplikasikan (Chouinard dan Brodeur (1996). Mortalitas yang besar pada A. deleoni menyebabkan pengendalian hayati alamiahnya terganggu dan menurun drastis. Akibatnya, pada suatu saat tertentu, populasi tungau jingga akan sangat meningkat (resurjensi), sedangkan populasi tungau predatornya, A. deleoni sangat rendah.

Dharmadi (1996) telah mengemukakan bahwa A. deleoni Muma et Denmark merupakan tungau predator spesies lokal (“Indigenous spesies”) yang tinggi kelimpahannya dan merupakan tungau predator bagi tungau hama yang menyerang tanaman teh di perkebunan teh Gambung, Jawa Barat. Tungau predator ini aktif mencari dan memangsa tungau hama dengan cara berjalan yang tampak kuat dan lincah serta didukung oleh sepasang chelicerae dan palpus yang senantiasa merunduk ke bawah dalam mencari mangsa.

Hasil penelitian Lengkong (2001) menunjukkan bahwa tungau predator A. deleoni berpotensi besar sebagai tungau predator bagi tungau B. phoenicis. Dikemukakan keduanya bahwa tungau predator A. deleoni lebih banyak memilih tahap telur dari tungau hama B. phoenicis dibandingkan tahap hidup tungau hama lainnya, dengan rata-rata 5 butir telur selama 24 jam. Meskipun demikian, tahap larva tungau hama menjadi pilihan predasi ke 2 dengan rata-rata predasi mencapai 3 individu, sedangkan tahap nimfa dan dewasa juga dipredasi dengan rata-rata masing-masing mencapai 2 dan 1 individu selama 24 jam.

3. PERUMUSAN MASALAH

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengendalian hayati alamiah terhadap tungau-tungau hama diperkebunan teh dilakukan oleh tungau predator Amblyseius deleoni. Telah pula dikemukakan bahwa penggunaan pestisida yang telah lama dipergunakan oleh perkebunan teh dapat mengganggu efektifitas dan efisiensi pengendalian hayati alamiah tersebut. Oleh karena itu, untuk mengurangi penggunaan pestisida di perkebunan teh, maka perlu dikembangkan teknologi pengendalian hama yang baru ataupun dimodifikasi, khususnya pengendalian hama yang lebih ramah terhadap agroekosistim

Seleksi A. deleoni yang resisten terhadap berbagai pestisida yang telah lama dipergunakan di perkebunan teh, merupakan upaya mengatasi penurunan pengendalian hayati alamiah oleh tungau predator tersebut. Pengendalian hayati yang effektif akan meningkatkan kualitas produk teh oleh karena pemakaian pestisida hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja.

Seleksi tungau predator yang dimaksud di sini adalah upaya memilih sifat-sifat resisten dari individu-individu dalam populasi. Sifat resisten tersebut secara fenotipik muncul sebagai kemampuan individu-individu untuk tetap lulus hidup dan berkembang meskipun terdedah dalam bahan beracun (pestisida). Dengan demikian, pendedahan berulang menggunakan pestisida akan menurunkan kompetisi intraspesies dan membunuh individu-individu rentan yang menjadi penyusun utama suatu populasi, sehingga jumlah individu dengan sifat toleran ataupun yang resisten akan cepat bertambah dan pada akhirnya menjadi komponen penyusun utama populasi tersebut (Dent, 1991). Cepat atau lambatnya perubahan komposisi individu-individu menjadi resisten, sangat ditentukan oleh perbedaan tanggap resistensinya terhadap pestisida dan cara kerja pestisida itu sendiri (Bakker & Jacas, 1995).

Kemampuan mentoleransi beberapa spesies Amblyseius terhadap berbagai jenis pestisida telah dapat dibuktikan (Mochizuki, 1994, 1997; Momen, 1994, 1996; Thistlewood et al., 1995; Yue dan Tsai, 1996; Shipp dan van Houten, 1997; James, 1997; Zhang dan Sanderson, 1997). Namun, untuk A. deleoni belum diketahui kemampuan mentoleransinya terhadap berbagai pestisida yang dipergunakan perkebunan teh, khususnya perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Hasil survai pendahuluan, menunjukkan bahwa perkebunan teh Tambi yang terletak pada ketinggian antara 700 sampai 1100 m di atas permukaan air laut, menggunakan semua jenis pestisida, khususnya pada pengembangan bibit tanaman teh. Pestisida baik insektisida, fungisida, herbisida dan akarisida dipergunakan untuk mengatasi berbagai hama yang menyerang blok Sedayu, Semilir dan Tanjungsari. Hasil survai pendahuluan juga menunjukkan bahwa penggunaan merk pestisida selalu mengalami perubahan yang diduga mengarah pada semakin meningkatnya tingkat resistensi hama, dan kemungkinan juga berdampak pada agen pengendali alamiahnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka seleksi tungau predator juga harus mempertimbangkan kondisi populasinya di lapang. Kondisi populasi yang dimaksud meliputi kemampuan reproduksinya di lapang, baik pada musim kemarau maupun hujan. Kemampuan reproduksi berkaitan dengan kemampuan memanfaatkan berbagai jenis pakan alternatif, yaitu berbagai pollen yang tumbuh di sekitar tanaman teh, sehingga introduksi tungau predator tidak harus berlangsung terus menerus. Kemampuan tumbuh dan reproduksi yang tinggi (tabel hidup), baik pada kondisi tanpa pestisida maupun saat perkebunan teh memutuskan untuk menggunakan pestisida, menjadi faktor yang menentukan efektifitas pengendalian tungau hama B. phoenicis. .

Selain kemampuan tumbuh dan reproduksi, seleksi suatu predator sebagai agen pengendali hayati hendaknya mempertimbangkan kemampuan predator dalam mengkonsumsi banyak mangsa (Momen, 1996), mempunyai preferensi mikrohabitat yang sama dengan mangsa (Skorupska, 1995) dengan laju oviposisi dan reproduksi yang tinggi serta kemampuan memencar yang tinggi pula (Yue dan Tsai, 1996; Gurr dan Wratten, 1999). Diduga, pendedahan pestisida terhadap tungau predator dapat menyebabkan perubahan perilakunya sebagai reaksi adaptif terhadap toksikan sehingga mengurangi laju kematiannya. Perubahan perilaku dapat berupa strategi menghindari senyawa toksikan atau memangsa tahap hidup tertentu dari mangsa yang akan mengurangi kehilangan energinya dalam mengatasi tekanan seleksi pestisida (Tian et al., 1992).

Berdasarkan berbagai asumsi yang telah dikemukakan maka dapat diajukan permasalahan :

1. Apakah berbagai jenis pestisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah dapat meningkatkan tingkat resistensi populasi A. deleoni Muma et Denmark

2. Bagaimana tabel hidup tungau predator A. deleoni Muma et Denmark sebelum dan sesudah resisten berbagai jenis pestisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

3. Bagaimana kemampuan predasi tungau predator A. deleoni Muma et Denmark sebelum dan sesudah resisten berbagai jenis pestisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah terhadap tungau hama, Brevipalpus phoenicis Geijskes

4. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui tingkat resistensi tungau predator A. deleoni Muma et Denmark sebelum dan sesudah resisten berbagai jenis pestisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

2. Mengetahui kemampuan tumbuh dan reproduksi A. deleoni Muma et Denmark sebelum dan sesudah resisten berbagai jenis pestisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

3. Mengetahui kemampuan predasi A. deleoni Muma et Denmark sebelum dan sesudah resisten berbagai jenis pestisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah terhadap tungau hama, Brevipalpus phoenicis Geijskes

5. LUARAN PENELITIAN

Diperolehnya tungau predator Amblyseius deleoni yang resisten terhadap berbagai jenis pestisida dengan kemampuan hidup dan reproduksi serta pengendalian hayati alamiah yang tetap tinggi pada kondisi terdedah pestisida.

6. KONTRIBUSI PENELITIAN

Hasil penelitian selain memberikan dasar-dasar pengendalian hayati yang efektif diharapkan juga akan dapat diterapkan diberbagai perkebunan teh diseluruh Jawa Tengah pada khususnya, dan perkebunan teh di seluruh Indonesia pada umumnya.

7. TINJAUAN PUSTAKA

Tungau predator yang telah dikenal sukses dalam pengendalian hayati adalah famili Phytoseiidae dan Stigmaiidae. Salah satu dari genera Phytoseiidae adalah genus Amblyseius yang potensial untuk digunakan sebagai agen pengendali hayati tungau hama tanaman teh (Puspasari et al., 2002). Menurut Dharmadi (1996), tungau predator tersebut memiliki kemampuan mencari mangsa yang baik, memiliki preferensi terhadap tungau B. phoenicis Geiijkes, Tentranychus urticae dan tungau lainnya, memiliki vorasitas tinggi dan dapat diproduksi secara masal dan relatif tahan terhadap pestisida.

A. deleoni Muma et Denmark berdasarkan morfologinya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Ventral shield membulat, kaki ada 8 buah atau 4 pasang, tubuhnya transparan, tipe mulutnya pencucuk dan pengisap, mempunyai setae, di mana ada dua setae yang panjang dan 2 setae pendek di bagian posterior tubuhnya. Cheliceranya normal, jantan mempunyai sternogenital dan ventrianal shield, betina mempunyai epyginial dan vebtrianal shield. Ventrianal shield di dalamnya terdapat 8 setae dan 3 setae yang lain terletak pada bagian samping dan bawah anus, panjang tubuh keseluruhan yaitu gnatosoma dan idiosoma mencapai rat-rata 526,36 µm, untuk setae yang terletak di bagian posterior mencapai panjang rata-rata 372,4 µm ( Budianto, 2000).

Penelitian yang dilakukan Budianto dan Pratiknyo (2000) menunjukkan bahwa A.deleoni Muma et Denmark lebih memilih dan mempredasi B. phoenicis Geijskes serta memberi petunjuk adanya kemampuan memilih dan mempredasi jenis tungau hama lain yang diperoleh. Hal ini membuktikan bahwa A. deleoni Muma et Denmark predator A.deleoni Muma et Denmark juga akan memilih dan mempredasi jenis tungau lain apabila diberi pilihan berbagai jenis tungau (Kalshorst, 1992; Louis dan Hetterling, 1992; McMurtry, 1992; Budianto,200; Pratiknyo dan Budianto 2000). Kemampuan memilih dan mempredasi jenis tungau lain, selain B. phoenicis Geijskes menujukkan bahwa A. deleoni Muma et Denmark merupakan golongan predator generalis. (Sahajdak, 1995; Schausberger, 1997; McMurtry dan Croft, 1997).

Menurut McMurtry dan Croft (1997), kemampuan reproduksi genera Amblyseius tetap tinggi dengan pemberian pakan berupa pollen tanaman teh apabila dibandingkan dengan pemberian pakan tungau mangsanya. Lestari (2001) mendapatkan fakta bahwa fekunditas paling tinggi dan lama waktu perkembangan paling cepat pada A. deleoni Muma et Denmark dicapai dengan pemberian pakan alternatif jenis pollen kacang panjang (Vigna sinensis). Pemberian pakan alternatif jenis pollen kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis) menghasilkan kelulushidupan A.deleoni Muma et Denmark paling tinggi dibanding dengan pollen kacang panjang.

Salah satu faktor yang menentukan efektivitas predasi suatu predator adalah tahapan daur hidupnya (Budianto,2000). Evan dan Till (1996) mengemukakan bahwa dengan mengetahui daur hidup A. deleoni Muma et Denmark dapat ditentukan tahap hidup yang mana yang paling efektif dalam kegiatan predasinya. Menurut Dharmadi (1996), daur hidup A. deleoni Muma et Denmark diawali dengan peletakan telur, yang periode inkubasinya mencapai 2,5 hari sebelum menetas menjadi larva yang berkaki enam. Larva akan berganti kulit menjadi nimfa yang berkaki delapan setelah waktu 3,5 hari. Pergantian kulit untuk terakhir kali terjadi selama 6,5 hari kemudian menjadi tungau dewasa berkaki delapan. Daur hidup dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 12,5 hari. Masa praoviposisi berlangsung selama 3,5 hari sehingga daur hidup dari telur ke telur memerlukan waktu 16 hari. Daur hidup ini diteliti pada kondisi temperatur kamar dengan pemberian jenis pakan alternatif yaitu pollen teh.

A.deleoni Muma et Denmark dapat hidup lebih dari 25 hari pada temperatur kamar dan pemberian pakan pollen teh, namun laju reproduksinya rendah dan cenderung terjadi kanibalisme. Pemberian pakan tungau jingga (B. phoenicis Geijskes) pada temperatur kamar menyebabkan predator dapat lulus hingga 42 hari dengan laju reproduksi yang tinggi dan jarang terjadi kanibalisme (Oemen, 1982).

Selain kemampuan predasi, tumbuh dan reproduksi, pemilihan suatu tungau predator sebagai agen pengendali hayati hendaknya mempertimbangkan kemampuan predator dalam mentolerir kondisi cuaca dan pestisida. Keberhasilan seleksi dalam mendapatkan generasi yang resisten terhadap insektisida permethrin telah diperoleh, namun pada jenis tungau predator yang berbeda yaitu Amblyseius fallacis. Seleksi generasi resisten ini melibatkan 55 generasi A. fallacis dan ternyata sifat resisten yang muncul melalui seleksi pestisida ini dapat diwariskan kepada keturunannya. Pada spesies yang lain, yaitu A. womersleyi didapatkan fakta bahwa tingkat resistensi terhadap permethrin dapat menurun setelah 20 bulan pendedahan pestisida yang terakhir.

Berdasarkan jenis pestisida yang banyak dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, maka dapat disimpulkan bahwa jenis pestisida yang dipergunakan termasuk kelompok “residual killing action”. Jenis pestisida tersebut meliputi insektisida, fungisida, akarisida dan herbisida. Kecuali fungisida dan herbisida, cara kerja insektisida dan akarisida yang dipergunakan termasuk kelompok pestisida yang menyebabkan gangguan respirasi pada tungau predator, yaitu menghambat kerja enzim kholinesterase. Berbeda dengan cara kerja insektisida dan akarisida, jenis fungisida yang dipergunakan di perkebunan teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah termasuk dalam kelompok tembaga oksida yang menyebabkan gangguan permeabilitas kutikula. Fungisida tembaga oksida bersifat akumulatif yang nantinya akan berdisosiasi dan menghasilkan ion kupri yang bebas (Osborne, 1997). Ion bebas ini akan mengendapkan atau mendenaturasi protein (McMurtry, 1992). Diduga, jenis herbisida yang dipergunakan mempunyai cara kerja yang sama dengan cara kerja insektisida dan akarisida.

Reaksi adaptif suatu predator dalam merespons tekanan seleksi pestisida selain mempengaruhi efektivitas kemampuan predasi, juga berpengaruh terhadap tabel hidupnya (Rencken dan Pringle, 1998). Dikemukakan oleh Rencken dan Pringle (1998) perubahan waktu perkembangan yang sekecil apapun akibat reaksi adaptif tungau predator dalam merespons tekanan seleksi pestisida, berdampak pada pertumbuhan atau penurunan populasinya. Dengan demikian, diduga ada perubahan sebelum dan sesudah A. deleoni resisten terhadap pestisida. Perubahan tabel hidup tersebut meliputi kecepatan pertumbuhan populasi dalam satu generasinya (R0), perioda hidup rata-rata suatu populasi dalam satu generasinya (T), konstanta potensial reproduktif suatu populasi dalam satu generasinya (rm) dan kemampuan suatu populasi pada satu generasi untuk perbanyakan diri per satuan waktu (α). Kematian oleh tekanan seleksi pestisida dan berbagai faktor lain, yang terjadi pada setiap tahap daur hidup tungau predator merupakan informasi dasar dalam pengendalian hama yang bermanfaat dalam memperbaiki kefektifan predator sebagai agen pengendali hayati.

8. METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, yang akan dimulai pada bulan Juli tahun 2005 sampai dengan November 2005. Tempat percobaan adalah di Laboratorium Entomologi-Parasitologi, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto dan di Perkebunan Teh Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

2. Materi Penelitian

2.1. Bahan-bahan : tungau predator Amblyseius deleoni, tungau hama Brevipalpus phoenicis, insektisida suprasida, akarisida omite, herbisida round up, fungisida tembaga oksida (cupro-oksida), tanaman teh

2.2. Alat-alat : lem “tangle-foot”, nampan, busa, “black tile”, tissue tidak berparfum, sprayer, pot tanaman, kuas kecil dan besar, gelas ukur, cawan petri, gelas penutup, mikroskop binokuler, kaca pembesar, gelas piala, termometer, higrometer, mikropipet 1 ml.

3. Cara Kerja dan Rancangan Percobaannya

3.1. Pemeliharaan tungau predator Amblyseius deleoni

Metode pemeliharaan predator berdasarkan metode Overmeer et al., 1982 (dalam Klashorst, 1992).

Tempat pemeliharaan tungau terdiri dari nampan berisi air dengan busa didalamnya. Di atas busa, diletakkan “black tile” yang seukuran dengan busa, dengan bagian tepinya dialasi kertas tissue tidak berparfum yang tercelup hingga ke air dalam nampan. Pada sepanjang alas kertas tissue, dibuat tanggul dari lem “tangle-foot” untuk mencegah predator tidak lari dari wilayah pemeliharaan. Untuk tempat berlindung dan meletakkan telurnya, di bagian tengah “black tile” diletakkan sedikit kapas yang ditutup dengan penutup plastik berlekuk.

Untuk mendapatkan dan memperbanyak predator A. deleoni, sejumlah daun teh dari wilayah perkebunan teh yang memperlihatkan gejala serangan tungau jingga dipetik dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Di laboratorium, seluruh daun tersebut diperiksa di bawah mikroskop binokuler. A. deleoni yang diperoleh, dipindah ke tempat rearing (pemeliharaan). Jenis pakan yang diberikan dalam masa perbanyakan tungau predator adalah adalah telur tungau jingga dan polen teh.

Selain diperoleh tungau predator, biasanya telur tungau jingga juga terdapat di sekitar tungau predator tinggal. Sedangkan, untuk polen teh diperoleh langsung dari perkebunan teh dan disimpan dengan menggunakan metode Klashorst (1996). Dijelaskan dalam metoda ini, anthera bunga dari teh maupun berbagai jenis gulma diambil dengan kuas kecil, lalu disimpan dalam cawan petri. Cawan petri berisi anthera ini disimpan dalam inkubator pada suhu 600 C selama sekitar 12 jam untuk tujuan sterilisasi. Setelah itu, polen dipisahkan dari anthera menggunakan sikat halus dan dimasukkan dalam botol kecil, lalu dapat disimpan dalam lemari es. Polen dalam botol kecil ini tetap segar sampai satu tahun.

3.2. Seleksi A. deleoni resisten suprasida, omite, round up, tembaga oksida

Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah suprasida (insektisida), omite (akarisida), round up (herbisida) dan tembaga oksida (fungisida). Metode percobaan yang dipergunakan adalah metode terbuka (Louis dan Ufer, 1995) yang dimodifikasi. Modifikasi dilakukan pada susunan busa dalam nampan berisi air, yang langsung ditutup dengan kertas tissue tidak berparfum. Di atas kertas tissue yang ikut basah karena busanya basah, disusun dua buah gelas penutup yang telah dicelupkan ke dalam larutan pestisida yang dicobakan selama 40 detik. Susunannya dibuat berdampingan, namun dengan memberi celah untuk keluarnya air di antara ke dua gelas penutup tersebut. Setelah itu, dibuat tanggul lem “tangle-foot” mengelilingi gelas penutup untuk mencegah predator melarikan diri dari arena uji.

Seleksi dilakukan melalui empat tahapan yang berurutan dengan metode pendedahan yang sama sebagaimana dijelaskan di atas. Tahap 1, melakukan seleksi A. deleoni resisten suprasida; tahap 2, seleksi A. deleoni resisten suprasida + omite; tahap 3, seleksi A. deleoni resisten suprasida + omite + herbisida round up; tahap 4, seleksi A. deleoni resisten suprasida + omite + herbisida round up + fungisida tembaga oksida.

Pada tahap 1, konsentrasi suprasida yang didedahkan pada A. deleoni adalah 0 (kontrol), 0,01, 0,1, 10 dan 100%. Konsentrasi ini didedahkan populasi tungau predator hasil perbanyakan di laboratorium. Setiap konsentrasi yang dicobakan melibatkan 10 individu predator untuk satu kali ulangan, yang diulang sebanyak enam kali. Tahap 1 akan diperoleh tungau predator generasi F1 A. deleoni yang lulus hidup terhadap suprasida. Tungau ini diperbanyak kembali untuk percobaan tahap 2.

Pada tahap 2, generasi F1 A. deleoni resisten suprasida didedahkan lagi dengan Omite. Konsentrasi omite yang dicobakan adalah sama dengan konsentrasi suprasida. Konsentrasi ini didedahkan pada populasi tungau predator F1 yang lulus hidup terhadap suprasida hasil perbanyakan di laboratorium. Setiap konsentrasi yang dicobakan melibatkan 10 individu predator untuk satu kali ulangan, yang diulang sebanyak enam kali. Hasil pendedahan tahap 2 akan diperoleh F2 A. deleoni resisten suprasida dan omite.

Untuk tahap 3 dan 4, konsentrasi herbisida round up dan fungisida tembaga oksida yang dicobakan sama dengan sebelumnya. Demikian pula dengan banyaknya individu dan ulangan yang dipergunakan. Diharapkan akan diperoleh generasi F1 yang resisten terhadap suprasida, omite, tembaga oksida dan herbisida.

Lama waktu pendedahan baik pada tahap 1, 2, 3 dan 4 adalah 24 jam. Kriteria seleksi adalah tingkat resistensi tungau predator (nilai LC50/24 jam) Tungau predator yang lulus hidup dipindah ke tempat pemeliharaan yang bebas pestisida, untuk diperbanyak kembali dan kemudian didedahkan lagi (generasi F1).

3.3. Tabel Hidup A. deleoni sebelum dan sesudah resisten dengan 4 pestisida pada jenis pakan B. phoenicis dan polen teh, kelembaban dan temperatur kamar

Metoda yang dipergunakan dalam penentuan tabel hidup adalah metode Rencken dan Pringle (1998). Dalam metoda ini rasio kelaminnya adalah 3 jantan berbanding 16 betina, sebelum dan sesudah A. deleoni resisten ke 4 jenis pestisida yang dipergunakan. Pemberian jenis pakan yang baku untuk penelitian ini adalah telur B. phoenicis pada kelembaban dan temperatur kamar.

Telur B. phoenicis diletakkan pada tempat pemeliharaan tungau A. deleoni. Pada percobaan 1, A. deleoni yang belum resisten pestisida dengan rasio 3 jantan dibanding 16 betina, diberi 76 butir telur B. phoenicis, dengan asumsi tiap individu A. deleoni memerlukan 4 butir telur mangsa dalam 24 jam. Percobaan 2, menggunakan A. deleoni resisten 4 pestisida yang dipergunakan dalam penelitian ini, dalam rasio dan jumlah telur mangsa yang sama dengan percobaan 1.

Selain pakan telur B. phoenicis, akan pula dicoba pemberian polen teh terhadap tabel hidup A. deleoni sebelum dan sesudah resisten 4 pestisida pada temperatur dan kelembaban berbeda. Pemberian pakan polen teh berlebih, sedangkan penyediaan polen the mengacu pada metode Klashorst (1996) sebagaimana telah dijelaskan pada subbab 3.1.

Dicatat lama waktu peletakkan telur, persentase kematian tahap telur, saat menetas dan lama waktu tahap larva, persentase kematian tahap larva, saat pergantian kulit menjadi nimfa dan lama waktu tahap nimfa, persentase kematian tahap nimfa, saat pergantian kulit menjadi dewasa dan lama waktu tahap dewasa serta persentase kematian tahap dewasa A. deleoni baik yang belum resisten maupun yang resisten 4 pestisida. Data yang diperoleh dimasukkan dalam tabel hidup yang akan memberikan nilai T, rm , dan α A. deleoni.

3.4. Efektivitas kemampuan predasi A. deleoni sebelum dan resisten 4 pestisida pada Brevipalpus phoenicis skala laboratorium

Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah rancangan acak lengkap, dengan perlakuannya adalah tahap telur, larva, nimfa dan dewasa B. phoenicis yang diberikan pada A. deleoni sebelum dan sesudah resisten 4 pestisida yang dipergunakan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.

Jumlah tahap telur, larva, nimfa dan dewasa B. phoenicis yang diberikan untuk setiap individu A. deleoni adalah 6 buah, yang diinokulasikan pada daun teh yang sebelumnya dikontaminasi dengan 4 pestisida secara berturut-turut, yaitu dengan menyemprot daun tersebut. Sebagai kontrolnya adalah daun teh yang tidak disemprot, namun diionokulasi dengan A. deleoni yang belum resisten dan resisten 4 pestisida. Pada kontrol, juga diinokulasi setiap tahap hidup tungau jingga. Daun teh ini ditanam dalam spon terendam air, yang bagian pangkal daunnya telah diberi lem “tangle-foot” agar predator tidak lari dari arena uji. Seluruh percobaan ini dilakukan pada kelembaban dan temperatur kamar.

Inokulasi baik B. phoenicis maupun A. deleoni, masing-masing dilakukan pada bagian ujung daun yang berlawanan dan dilakukan setelah daun tidak basah oleh pestisida. Dicatat lama waktu mencari, mengenali dan menangani mangsa untuk setiap individu predator. Dicatat pula banyaknya individu setiap tahap yang dipredasi oleh A. deleoni dalam 24 jam waktu pengamatan.

Berdasarkan uraian di atas maka desain teknologi yang akan dilakukan sebagai berikut.

Desain Teknologi Seleksi A. deleoni resisten berbagai pestisida yang dipergunakan diperkebunan the Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Rearing A. deleoni

Tabel Hidup A. deleoni sebelum resisten terhadap pestisida

Efektivitas predasi A. deleoni sebelum resisten pesitisida



Seleksi A. deleoni resisten pestisida



Suprasida

Round up

Tembaga oksida

Omite























Tabel Hidup A. deleoni sesudah resisten 4 jenis pestisida


Efektivitas predasi A. deleoni sesudah resisten 4 jenis pestisida

4. Analisis Data

Data hasil percobaan seleksi terhadap pestisida, berupa jumlah tungau predator yang mati pada pendedahan pestisida, dianalisis dengan menggunakan analisis probit dan logit yang akan diperoleh nilai LC50/24 jam. Nilai LC50 merupakan nilai konsentrasi yang membunuh 50% dari populasi tungau predator.

Data hasil percobaan tabel hidup dianalisis dengan menggunakan tabel hidup berikut.

X (hari)

l0

Lx

Fek.

Mx

lxmx

X.lxmx

Total

Slxmx

SX.lxmx

Nilai total Xlxmx dibagi dengan total lxmx akan diperoleh nilai T yang merupakan perioda hidup rata-rata dalam satu generasi. Nilai rm diperoleh dengan membagi log normal lxmx dengan nilai T. Nilai rm menunjuk pada potensi reproduksi populasi dalam satu generasi. Untuk mengetahui kemampuan populasi memperbanyak diri per satuan waktu pada satu generasi atau nilai dapat dicari dengan : α = erm.

Data hasil percobaan efektifitas kemampuan predasi A. deleoni terhadap setiap tahap hidup B. phoenicis, dianalisis dengan analisis variansi pada tingkat kesalahan 5% dan 1%. Apabila ada perbedaan yang nyata maupun sangat nyata, maka analisis dilanjutkan uji beda nyata terkecil (LSD).

9. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No.

Jenis Kegiatan

Bulan ke

1

2

3

4

5

1

Rearing A. deleoni

x

x

2

Seleksi A. deleoni resisten pestisida

x

x

x

3

Tabel Hidup sebelum resisten pestisida

x

4

Efektifitas predasi A. deleoni sebelum resisten pestisida

x

5

Tabel Hidup sesudah resisten pestisida

x

x

x

6

Efektifitas predasi A. deleoni sebelum resisten pestisida

x

x

7

Laporan dan artikel

x

10. Nama dan Biodata Ketua dan Anggota

a. Ketua Pelaksana Kegiatan

1. Nama Lengkap :

2. NIM/NRM :

3. Fakultas/Program Studi :

4. Perguruan Tinggi :

5. Waktu untuk kegiatan : (jam/minggu)

b. Anggota Pelaksana 1 :

1. Nama Lengkap :

2. NIM/NRM :

3. Fakultas/Program Studi :

4. Perguruan Tinggi :

5. Waktu untuk kegiatan : (jam/minggu)

c. Anggota Pelaksana 2 :

1. Nama Lengkap :

2. NIM/NRM :

3. Fakultas/Program Studi :

4. Perguruan Tinggi :

5. Waktu untuk kegiatan : (jam/minggu)

11. Nama dan Biodata Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Bambang Heru Budianto, MS.

b. Golongan Pangkat dan NIP : IV/a/131602745

c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Jabatan Struktural : Kepala Lab. Ento-Parasitologi

e. Fakultas/Program Studi : Biologi

f. Pergurunan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman

g. Bidang Keahlian : Akarologi

h. Waktu untuk Kegiatan : 8 jam/minggu

12. Biaya Kegiatan

1. Gaji dan Upah

a. Ketua peneliti 1 x 5 bulan x Rp. 50.000,- = Rp. 250.000,-

b. Anggota peneliti 3 x 5 bulan x Rp. 40.000,- = Rp. 600.000,-

Jumlah = Rp. 850.000,-

2. Bahan Habis Pakai

No.

Spesifikasi

Jumlah

Satuan

Harga satuan (Rp.)

Jumlah harga (Rp.)

1

Suprasida

1 botol

15.000,-

15.000,-

2

Tembaga oksida

1 dus

15.000,-

15.000,-

3

Roundup

1 botol

7.500,-

7.500,-

4

Omite

1 botol

10.000,-

10.000,-

5

Kapas

1 kg

75.000,-

75.000,-

6

Tangle foot

1 pak

1.250.000,-

1.250.000,-

7

Kertas tissue

10 gulung

4.500,-

45.000,-

8

Black tile

5 lembar

25.000,-

125.000,-

Jumlah = 1..542.500,-

3. Biaya Perjalanan

Perjalanan Purwokerto-Wonosobo pp. 10x@ Rp. 75.000,- = Rp. 750.000,-

4. Lain-lain

a. Fotokopi Rp. 100.000,-

b. ATK Rp. 50.000,-

c. Dokumentasi Rp. 250.000,-

d. Penulisan laporam Rp. 100.000,-

Jumlah Rp. 500.000,-

Rekapitulasi Biaya

1. Honorarium Rp. 850.000,-

2. Bahan Habis Pakai Rp. 1.542.500,-

3. Biaya Perjalanan Rp. 750.000,-

4. Biaya lain-lain Rp. 500.000,-

Total Biaya Rp. 3.642.500,-

(Tiga Juta Enam Ratus Empat Puluh Dua Ribu Rupiah)

13. Lampiran

a. Daftar Pustaka

b. Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Pelaksana Program

c. Foto kopi Kartu Mahasiswa/KTM yang masih berlaku.

d. Hal-hal lain yang dianggap diperlukan.